Pergelangan Tangan Bocah Ini Terpotong Oleh Gunting Rumput, Keajaiban Muncul Saat Dokter Berhasil Sambungkan Tangan Itu, Begini Caranya!

Pergelangan Tangan Bocah Ini Terpotong Oleh Gunting Rumput, Keajaiban Muncul Saat Dokter Berhasil Sambungkan Tangan Itu, Begini Caranya!

Kejadian ini dapat menjadi peringatan bagi orangtua untuk lebih hati-hati meletakkan barang yang bisa berbahaya jika dimainkan anak.

Juga agar orangtua lebih mengawasi buah hatinya.

Melansir dari Dailystar.co.uk (10/2/2020), Tangan seorang bocah berusia 4 tahun terpotong bersih-bersih oleh mesin pemotong rumput.

Shaurya Undre, bocah itu, tanpa sengaja memotong tangan kirinya saat bermain dengan mesin pemotong rumput ayahnya, Mukesh.

Kecelakaan itu terjadi di Manjri, India, pada 31 Januari.

Bocah kecil itu segera dibawa ke Rumah Sakit Noble, yang berjarak sekitar lima mil dari lokasi kejadian nahas itu.

Beruntung bagi bocah ini karena dokter masih bisa menyambung tangannya.

Bagaimana dokter melakukannya?

Sesampainya Shaurya Undre di rumah sakit, dokter bedah dengan susah payah menempelkan kembali pergelangan tangannya.

Dokter melakukannya dengan mencocokkan pembuluh darah dan arteri.

Selain itu, ahli bedah mikro-vaskular spesialis Dr Abhisek Ghosh menggunakan cangkok kulit dan vena dari kaki Shaurya untuk menempelkan kembali tangan Shaurya.

Dokter mengatakan jika bocah malang itu benar-benar menderita amputasi avulsi (bagian tubuh terpotong secara paksa), di mana sangat sulit untuk menyambungnya kembali.

Namun melihat usia Shaurya yang masih muda, maka diputuskan untuk mencoba menyelamatkan tangannya.

"Tangan kirinya benar-benar avulsi dengan bagian tulang yang melekat pada tubuh sementara kulit dan otot tangan terlepas.

"Sangat sulit untuk bergabung kembali dengan tangan karena semua otot, pembuluh darah dan jaringan lunak telapak tangan terkoyak dan tidak ada pembuluh darah yang dapat dihubungkan," kata dokter.

"Melihat usia anak yang masih muda, diputuskan untuk mencoba menyelamatkan tangan," sambungnya.

Keputusan mencoba menyambung tangan bocah ini segera diambil.

Kemudian pasien segera diberi anastesi dan dioperasi.

Dokter lebih dulu mengamati dengan cermat di bawah mikroskop sehingga pembuluh darah kecil di dalam otot terlihat.

Dari pembuluh darah kecil itulah tindakan selanjutnya diambil.

"Pembuluh darah kecil ini kemudian bergabung ke arteri utama lengan bawah dengan bantuan cangkok pembuluh darah panjang yang diambil dari kaki," kata doker.

Usaha dokter pun membuahkan hasil yang membuat Shaurya bisa tersenyum bahagia setelahnya.

"Sirkulasi tangan dimulai dan pembuluh darah kemudian dengan susah payah bergabung di bawah mikroskop," sambungnya.

Operasi yang luar biasa ini emmakan waktu selama enam jam.



Kemudian butuh seminggu untuk Shaurya pulih dan tinggal di rumah sakit.

Bocah kecil ini sekarang sudah keluar rumah sakit dan diharapkan untuk bisa pulih sepenuhnya.

Ia akan diberikan fisioterapi untuk membantunya belajar bagaimana menggunakan tangannya lagi.

Sungguh beruntung Shaurya, ia tak harus merasakan nasib buruk kehilangan tangannya di usia yang sangat muda.

Mungkin bocah ini beruntung, juga mendapatkan penanganan cepat dari dokter yang tepat.

Namun tidak menjamin bahwa akan baik-baik saja jika terjadi terhadap bocah lain bukan?

Untuk itu sebaiknya orangtua benar-benar memperhatikan bagaimana si kecil bermain dengan barang-barang berbahaya.

Apalagi kejadiannya berlangsung di rumah.

Kehilangan bagian tubuh tak akan menjadi hal yang mudah diterima oleh siapa pun, terlebih anak-anak.

Melansir Aladokter, bagi penderita yang direncanakan untuk melakukan prosedur amputasi, dapat menimbulkan reaksi yang beragam.

Namun, rencana tindakan amputasi umumnya memengaruhi psikologis pasien. Pasien akan melalui beberapa tahapan rasa duka yang meliputi:

Penyangkalan. Bentuk penolakan untuk terlibat dalam diskusi atau menolak mengajukan pertanyaan terkait prosedur yang direncanakan.

Kemarahan. Umumnya ditujukan kepada tim dokter yang menyarankan untuk melakukan amputasi.

Tawar menawar. Mencoba untuk mencegah operasi atau menundanya tanpa batas waktu dengan berbagai alasan.

Depresi. Pasien merasa tidak ada yang bisa menolongnya untuk mencegah tindakan amputasi.

Penerimaan.

Masa-masa berat kemungkinan akan dilalui oleh pasien yang menjalani amputasi. Juga tak mudah untuk orang sekitarnya mendampingi. (Khaerunisa)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel