Hati-hati Pelihara Kucing, Jari Bocah 11 Bulan di Sragen Bengkak dan Terancam Diamputasi Gegara Kutu Kucing, Ibu: Racun Bekas Gigitan Kutu Kucing Tidak Bisa Terurai

Hati-hati Pelihara Kucing, Jari Bocah 4 Bulan di Sragen Bengkak dan Terancam Diamputasi Gegara Kutu Kucing, Ibu: Racun Bekas Gigitan Kutu Kucing Tidak Bisa Terurai

Kejadian memilukan harus dialami seorang bocah perempuan berusia 11 bulan di Sragen, Jawa Tengah.

Salah satu jarinya kini membengkak hingga terancam diamputasi lantaran kutu kucing.

Bayi S kini sesekali harus menangis menahan sakit yang melanda jari bagian tangan kanannya.

Sebab pembengkakannya sudah tak wajar bahkan hampir menyamai kepalan tangan mungilnya sendiri.

Anak dari salah satu keluarga di Dukuh Dayu RT 017, RW 005, Desa Jati Tengah, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah ini diketahui digigit kutu dari hewan peliharaan kucing.

Peristiwa nahas tersebut terjadi saat anak dari pasangan Wanto (30) dan Etik Susilowati (29) itu masih berusia sekitar empat bulan.

Sang ibu yang menjadi orang pertama yang mengetahui kejadian tersebut menuturkan bagaimana sang anak bisa tergigit kutu kucing.

Saat itu bayi berinisial S itu sedang ditinggal sang ibu memasak di dapur.

Sesaat kemudian sang ibu baru sadar jari anaknya digigit kutu yang berasal dari kucing.

"Digigit kutu kucing itu usia empat bulan. Awalnya pas saya ajak masak," kata Etik dikutip dari Kompas.com di Sragen, Jawa Tengah, Selasa (10/3/2020).

Melihat anaknya meringis kesakitan lantaran jarinya digigit kutu kucing pun langsung bereaksi spontan membuang kutu tersebut.

Namun gigitan itu telah membekas di jari manis bagian kanan anaknya.

Selang tak begitu lama, bintik warna merah pun membekas di sekitar bekas gigitan kutu kucing tersebut.

Etik menyebut bintik itu seperti gigitan nyamuk.

Selama sebulan gigitan kutu kucing itupun tak kunjung sembuh hingga membuat kedua orang tuanya bingung.

Takut akan terjadi apa-apa pada buah hatinya lantaran gigitan kutu, akhirnya Etik dan suami berinisiatif untuk membawa anaknya ke Puskesmas.

Di sana bocah yang kini berusia 11 bulan itu mendapat penanganan dan langsung diberi obat salep untuk mengurai bekas gigitan.

Salep dari Puskesmas ternyata tak mempan mengobati jari bekas gigitan kutu kucing itu.

Justru jari manis anaknya terus membengkak dan berwarna kemerahan.

Panik, Etik kemudian membawa buah hatinya untuk ke bidan di dekat rumahnya.

Selepas dari sana jari sang anak berangsur-angsur membaik dan bengkaknya mulai berkurang.

"Bidannya bilang katanya racun bekas gigitan kutu kucing tidak bisa terurai gitu," terang dia, dikutip dari Kompas.com.

Perjuangan Etik tidak berhenti begitu saja.

Demi kesembuhan anaknya, Etik membawa anaknya itu ke dokter spesialis anak.

Etik disarankan untuk melakukan rontgen dan ultrasonography (USG).

Keterbatasan biaya membuat Etik tidak dapat memenuhi permintaan dokter spesialis anak untuk rontgen dan USG.

Sedang suaminya hanya sebagai seorang kuli bangunan, sehingga pendapatan yang diterima tidak menentu.

Karena itu, Etik membawa anaknya ke rumah sakit umum dengan memakai BPJS.

"Sama dokternya suruh rawat inap. Beberapa hari tak dapat kamar karena penuh. Saya pindah ke RS Amal Sehat. Di sana diperiksa karanya peradangan," ujar, diadikutip dari Kompas.com.

Beberapa kali kontrol di rumah sakit tersebut bukannya berkurang bengkaknya, tetapi semakin bertambah besar.

Kemudian dirujuk ke RSUD Dr Moewardi Kota Surakarta.

Dokterpun tak mau mengambil resiko seandainya jari tersebut masih membengkak disarankan untuk diamputasi.

Karena kalau tidak dilakukan tindakan medis tersebut dimungkinkan akan dapat menjalar ke bagian yang lain.

"Sekarang anaknya rawat jalan di rumah. Kadang ada dokter dari Puskesmas datang ke rumah untuk memeriksa kondisi anak saya," jelas, diadikutip dari Kompas.com.

Sejak jari tangannya membengkak, kata Etik, anaknya sering menangis, dan demam.

Selain itu juga muncul benjolan di alis, dahi, ketiak, bawah telinga, dan pantat anaknya.

Lebih jauh, Etik mengungkap anaknya setiap sepekan sekali harus kontrol ke rumah sakit.

Setiap kali kontrol tidak dipungut biaya. Hanya saja untuk menebus obatnya harus membayar sendiri.

Total sekali kontrol tersebut biaya untuk membayar obatnya mencapai Rp 300.000.

Jumlah tersebut untuk satu salep dan obat antibiotik yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi infeksi bakteri.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel