Disebut Cuma Macan Kertas, US Air Force Terbangkan Pembom Nuklir B-52 Satroni Wilayah China
Seorang purnawirawan militer China mendadak mengeluarkan pernyataan bernada tantangan.
Melansir South China Morning Post, Wang Yunfei, seorang pensiunan perwira angkatan laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), mengatakan China siap untuk melawan "ancaman" yang ditimbulkan oleh Amerika Serikat (AS).
"China telah beberapa kali mengalami ancaman yang ditimbulkan oleh AS di laut dengan penyebaran beberapa kapal induknya," kata Wang dalam sebuah artikel di situs web Phoenix Television, jaringan televisi yang sebagian sahamnya milik negara, yang juga dikutip South China Morning Post.
“Tekad Tiongkok untuk menjaga integritas teritorial, kedaulatan, dan kepentingan maritimnya tidak akan goyah (setelah) ancaman terbaru yang ditimbulkan oleh AS. Militer Tiongkok siap dan akan menangani (ancaman) dengan mudah,” tambahnya.
Tentu tantangan ini disambut dengan suka cita oleh AS.
Situasi Laut China Selatan kian memanas pada akhir pekan, Sabtu (4/7/2020).
Melansir The New York Times, dua kapal induk Amerika berlayar ke Laut China Selatan pada hari Sabtu.
Pejabat Angkatan Laut AS menggambarkan hal ini sebagai operasi kebebasan navigasi. Yang menegangkan, pada saat yang bersamaan, militer China juga melakukan latihan di dekat wilayah itu.
Menurut pernyataan Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, dua kapal induk yakni Ronald Reagan dan Nimitz, dikerahkan untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Dikatakan pula bahwa kapal-kapal itu, yang didampingi kapal perang dan pesawat terbang, sedang melakukan latihan untuk meningkatkan pertahanan udara dan serangan rudal jarak jauh di wilayah operasi yang berkembang pesat.
Analis AS Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS, mengatakan latihan dua-kapal induk AS menunjukkan kekuatan yang, setidaknya untuk saat ini, hanya dimiliki oleh Angkatan Laut AS.
Melansir CNN, China hanya memiliki satu kapal induk yang beroperasi penuh dengan yang kedua mendekati status itu.
Namun keduanya tidak memiliki ukuran dan kemampuan untuk mengangkut pesawat sebanyak dua kapal induk Angkatan Laut AS. Dan kedua kapal induk itu baru saja selesai beroperasi dengan yang ketiga, USS Theodore Roosevelt, di dekat Laut Filipina.
"Skala berbeda dari kekuatan tempur yang ditunjukkan antara latihan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat dan Angkatan Laut Amerika Serikat akan terlihat. Itu mengirimkan baik sinyal militer dan geopolitik ke China dan kawasan," kata Schuster. "Latihan Angkatan Laut AS menunjukkan siapa yang memiliki kekuatan potensial lebih besar."
Schuster mencatat bahwa mengoperasikan dua kapal induk di Laut China Selatan dapat menjadi operasi yang lebih kompleks dengan memiliki tiga kapal di Laut Filipina. "Laut Filipina adalah lautan terbuka, sedangkan Laut China Selatan dipenuhi dengan klaim udara dan ruang laut yang saling bersaing," katanya kepada CNN.
Menambah kompleksitas, AS menambah daya tembaknya dalam latihan saat ini dengan pembom B-52 yang terbang dengan pesawat tempur dari kapal induk.
Pembom itu terbang 28 jam tanpa henti dari markasnya di Louisiana untuk berpartisipasi dalam latihan, menunjukkan kemampuan Angkatan Udara AS untuk memindahkan aset dengan cepat ke titik panas dunia.
"Serangan semacam ini menunjukkan kemampuan kita untuk menjangkau dari stasiun rumah, terbang ke mana saja di dunia dan menjalankan misi itu, dengan cepat beregenerasi dari pangkalan operasi maju dan melanjutkan operasi," papar Letnan Kolonel Christopher Duff, komandan Skuadron Bom ke-96, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
China, dalam laporan Global Times, menyebut pembawa AS tidak lebih dari macan kertas di depan pintu China.
Pemerintah Negeri Panda juga mengatakan Beijing memiliki lebih dari cukup senjata untuk mempertahankan posisinya di Laut China Selatan.
"Laut Cina Selatan sepenuhnya berada dalam jangkauan PLA, dan setiap pergerakan kapal induk AS di wilayah tersebut diawasi dengan ketat dan diarahkan oleh PLA, yang memiliki berbagai macam senjata pembawa anti-pesawat seperti DF-21D dan DF-26, yang keduanya dianggap sebagai rudal 'pembunuh kapal induk'," kata laporan Global Times.
Informasi tambahan saja, The New York Times juga menulis, penempatan kapal induk Amerika Serikat dan kekuatan serangannya sering digunakan sebagai sinyal untuk mencegah musuh. Mengirim dua kapal induk sekaligus bisa dilihat sebagai aksi unjuk kekuatan yang signifikan.
Pada tahun 2016, misalnya, Menteri Pertahanan AS saat itu yakni Ashton B. Carter melakukan tur dua kapal induk yang berlayar melalui Laut China Selatan sebagai pengingat Beijing bahwa Amerika Serikat berkomitmen terhadap sekutu di wilayah tersebut.
Kendati demikian, seorang pejabat Angkatan Laut AS pada hari Sabtu menggambarkan misi itu sebagai operasi rutin, bukan melakukan aksi unjuk kekuatan yang disengaja kepada militer China saat melakukan latihan militernya sendiri di laut. Pejabat yang menjadi sumber The New York Times itu menjelaskan, misi operator sebelumnya telah direncanakan untuk memastikan bahwa jalur pelayaran dan navigasi tetap terbuka di perairan internasional.(*)